Doa Penyair Kampung
Surau ini masih seperti dulu
dindingnya kusam
di sini aku pernah meminangmu pada Tuhan
maharnya hanya selembar sajadah kusam
tapi langit terus meneteskan hujan dan menyimpannya di danau
di sisi surau.
Aku hanya bisa melahirkan anak-anak kita dari kata-kata
mengasuhnya menjadi puisi
karena impianku menjadi penyair tak pernah pupus
meski tak bisa membedakan
do'a dan puisi
karena doaku untuk langit
karena puisiku untuk langit
karena langit selalu ada
untuk kita.
Surau ini masih seperti dulu
dindingnya kusam
di sini aku pernah meminangmu pada Tuhan
maharnya hanya selembar sajadah kusam
tapi langit terus meneteskan hujan dan menyimpannya di danau
di sisi surau.
Aku hanya bisa melahirkan anak-anak kita dari kata-kata
mengasuhnya menjadi puisi
karena impianku menjadi penyair tak pernah pupus
meski tak bisa membedakan
do'a dan puisi
karena doaku untuk langit
karena puisiku untuk langit
karena langit selalu ada
untuk kita.
Darwin Badaruddin
Polewali, 2010
Polewali, 2010
Kun Fayakuun
jadilah mata air dari kun
karena fayakuun maka jadilah air mata
jadilah hulu dari kun
karena fayakuun maka jadilah muara
jadilah asal dari kun
karena fayakuun maka jadilah akhir
jadilah fira’aun dari kun
karena fayakuun maka jadilah musa
jadilah maryam dari kun
karena fayakuun maka jadilah isa
jadilah hati dari kun
karena fayakuun maka jadilah cinta
jadilah tanah dari kun
karena fayakuun maka jadilah tubuh
jadilah angin dari kun
karena fayakuun maka jadilah ruh
jadilah api dari kun
karena fayakuun maka jadilah nafsu
jadilah air dari kun
karena fayakuun maka jadilah darah
jadilah sepi dari kun
karena fayakuun maka jadilah waktu
jadilah nur dari kun
karena fayakun maka jadilah muhammad
jadilah muhammad dari kun
maka fayakuun maka jadilah semua
Darwin Badaruddin
jadilah mata air dari kun
karena fayakuun maka jadilah air mata
jadilah hulu dari kun
karena fayakuun maka jadilah muara
jadilah asal dari kun
karena fayakuun maka jadilah akhir
jadilah fira’aun dari kun
karena fayakuun maka jadilah musa
jadilah maryam dari kun
karena fayakuun maka jadilah isa
jadilah hati dari kun
karena fayakuun maka jadilah cinta
jadilah tanah dari kun
karena fayakuun maka jadilah tubuh
jadilah angin dari kun
karena fayakuun maka jadilah ruh
jadilah api dari kun
karena fayakuun maka jadilah nafsu
jadilah air dari kun
karena fayakuun maka jadilah darah
jadilah sepi dari kun
karena fayakuun maka jadilah waktu
jadilah nur dari kun
karena fayakun maka jadilah muhammad
jadilah muhammad dari kun
maka fayakuun maka jadilah semua
Darwin Badaruddin
Polewali,
24 Nopember 2010
MI’RAJ
Malam itu tak
ada kata yang bisa terangkai dan cahaya
Gemintang
merangkulnya dalam senyap,
Lelaki itu
menjadi tamu agung para nabi di gerbang langit
Merajut rindu,
Dan ia pun
bergegas menampakkan waktu,
Tak terhitung
Malam itu tak
ada yang sanggup menebar wangi langit,
Merebak
mengiring cahaya di atas cahaya,
Wahai.....lelaki
itu bersimpuh,
Mengeja takbir
dalam sujud, ruku’ tuma’nina,
Dalam cinta tiada
tara.
Dan ketika jubah
fajar tersingkap,
Lelaki itu
kembali ke biliknya yang sepi,
Mengulang
takbir,
Sujud,
Ruku’
Tuma’nina,
Dan menitipnya
pada saman.
Darwin
Badaruddin
Polewali, 20
juli 2009
Kirimi
Aku Empat Tuhan
Kirimi aku
Empat Tuhan
Karena dengan
tiga Tuhan
Tak cukup
memendamkan
Luka bakar dalam
kalbuku
Kirimi aku
Tiga Tuhan
Karena dengan
dua Tuhan
Tak cukup
memendamkan
Peperangan dalam
diriku
Kirimi aku
Dua tuhan
Karena dengan
satu Tuhan
Tak cukup
memendamkan
Kobaran api
cintaku
Beri aku
Satu Tuhan
Karena dengan
Nol Tuhan
Aku tak tahan
Kehabisan teman
Aku tak tahan
Di remuk sepi
Aku tak tahan
Kehabisan Tuhan
Husni
Djamaluddin
Mandar, 12
september 1983
Do’a
Malam Hari
(menjelang tidur)
Bila kau masih
berkenan
Ya Tuhan
Mempertenukan
aku dengan matahari
Biarkan
Aku bangun dan
melangkah
Dengan kepala di
atas leherku
Bila aku harus
bangun
Dan mesti
memunggungi matahari
Dan kepala
bersembunyi
Di bawah kelapak
kaki
biarlah
ya Allah
ini tidur
tidurku yang
terakhir
Husni
Djamaluddin
Makassar,malam
17 Agustus 1985
Terimakasih
ya Allah
Terimakasih ya
Allah
Ketika lautku
pasang
Terimakasih ya
Allah
Ketika lautku
surut
Terimakasih ya
Allah
Ketika anginku
badai
Terimaksih ya
Allah
Ketika anginku
sepoi
Terimakasih ya
Allah
Ketika apiku
berkobar
Trimakasih ya
Allah
Ketika apiku
redup
Terimaksih ya
Allah
Ketika tanahku
basah
Terimakasih ya
Allah
Ketika tanahku
kering
Terimakasih ya
Allah
Ketika deras
airku mengalir
Terimaksih ya
Allah
Ketika airku
hanya menetes
Terima kasih ya
Allah
Terima kasih
Ya Allah
Allah
Hu
Allah
Ku
Allah
Hu
Allah
Ku
Husni
Djamaluddin
Jakarta,4
februari 1986
99 Untuk Tuhanku-11
Tuhanku
Berulang kali ku
memanggil-Mu
Tapi tak habis
Beribu bayangan
bisu
Tambah
bertimbun,tambah berduyun
Karena setiap
kali selalu mucul engkau
Dan engkau yang
baru
Karena setiap
kali selesai memanggil
Baru kutahu
Bahwa yang
kupanggil bukanlah
Engkau.
Tuhanku,
Berulang kali ku
memanggil-Mu
Berulang kali
pula engkau datang
Memenuhi rinduku
Tapi tak juga
tiba
Bunga kasihku
Karena begitu
engkau muncul
Sebagai engkau
yang ku panggil
Tiba-tiba
Engkau
Bukan lagi
engkau
Yang kupanggil.
Emha Ainun
Nadjib
Ketika Sujud Tahajjud
Kuketuk pintu kuketuk
malam
yang menjawab
adalah diam
maka diam-diam
aku masuk ke
dalam malam
masuk ke pusat malam
masuk ke pusat diam
ke pusat seluruh
gerak-gerik
alam
ke pusat seru
sekalian
alam
subhanallah
la ilaha
illallah
allah
allah
allah
Husni
Djamaluddin
Makassar,5
Januari 1994
Pukul 03.00
Ya Allah
Tailimu, ulurkanlah
Sungai-sungai
mengalir ke hulu
Kota-kota lenyap
desa-desa tenggelam
Gunung-gunung
terendam
Seluruh laut
meluap dari gerutu nuh
He ... akankah
kita berada di atas perahu
Atau harus
bernang dengan lengan yang lelah
Sepanjang
sejarah
Sepanjang bah?
Ya Allah
Talimu,
ulurkanlah
Husni Djamluddin
Makssar,3
Januari 1994
Pukul 02.55
0 komentar:
Posting Komentar