Kamis, 20 Juni 2013

LAMPIRAN PUISI DRAMA MUSIKAL



Doa Penyair Kampung

Surau ini masih seperti dulu
dindingnya kusam
di sini aku pernah meminangmu pada Tuhan
maharnya hanya selembar sajadah kusam

tapi langit terus meneteskan hujan dan menyimpannya di danau
di sisi surau.

Aku hanya bisa melahirkan anak-anak kita dari kata-kata
mengasuhnya menjadi puisi
karena impianku menjadi penyair tak pernah pupus

meski tak bisa membedakan
do'a dan puisi

karena doaku untuk langit
karena puisiku untuk langit

karena langit selalu ada
untuk kita.

Darwin Badaruddin
Polewali, 2010



Kun Fayakuun

jadilah mata air dari kun
karena fayakuun maka jadilah air mata
jadilah hulu dari kun
karena fayakuun maka jadilah muara
jadilah asal dari kun
karena fayakuun maka jadilah akhir
jadilah fira’aun dari kun
karena fayakuun maka jadilah musa
jadilah maryam dari kun
karena fayakuun maka jadilah isa
jadilah hati dari kun
karena fayakuun maka jadilah cinta
jadilah tanah dari kun
karena fayakuun maka jadilah tubuh
jadilah angin dari kun
karena fayakuun maka jadilah ruh
jadilah api dari kun
karena fayakuun maka jadilah nafsu
jadilah air dari kun
karena fayakuun maka jadilah darah
jadilah sepi dari kun
karena fayakuun maka jadilah waktu
jadilah nur dari kun
karena fayakun maka jadilah muhammad
jadilah muhammad dari kun
maka fayakuun maka jadilah semua

Darwin Badaruddin
Polewali,  24 Nopember 2010



MI’RAJ


Malam itu tak ada kata yang bisa terangkai dan cahaya
Gemintang merangkulnya dalam senyap,
Lelaki itu menjadi tamu agung para nabi di gerbang langit
Merajut rindu,
Dan ia pun bergegas menampakkan waktu,
Tak terhitung

Malam itu tak ada yang sanggup menebar wangi langit,
Merebak mengiring cahaya di atas cahaya,
Wahai.....lelaki itu bersimpuh,
Mengeja takbir dalam sujud, ruku’ tuma’nina,
Dalam cinta tiada tara.

Dan ketika jubah fajar tersingkap,
Lelaki itu kembali ke biliknya yang sepi,
Mengulang takbir,
Sujud,
Ruku’
Tuma’nina,
Dan menitipnya pada saman.

Darwin Badaruddin
Polewali, 20 juli 2009



Kirimi Aku Empat Tuhan

Kirimi aku
Empat Tuhan
Karena dengan tiga Tuhan
Tak cukup memendamkan
Luka bakar dalam kalbuku

Kirimi aku
Tiga Tuhan
Karena dengan dua Tuhan
Tak cukup memendamkan
Peperangan dalam diriku
Kirimi aku
Dua tuhan
Karena dengan satu Tuhan
Tak cukup memendamkan
Kobaran api cintaku

Beri aku
Satu Tuhan
Karena dengan Nol Tuhan
                        Aku tak tahan
                        Kehabisan teman
                        Aku tak tahan
                        Di remuk sepi
                        Aku tak tahan
                        Kehabisan Tuhan

Husni Djamaluddin
Mandar, 12 september 1983
 

 
 
Do’a Malam Hari

(menjelang tidur)

Bila kau masih berkenan
Ya Tuhan
Mempertenukan aku dengan matahari
Biarkan
Aku bangun dan melangkah
Dengan kepala di atas leherku

Bila aku harus bangun
Dan mesti memunggungi matahari
Dan kepala bersembunyi
Di bawah kelapak kaki
biarlah
ya Allah
ini tidur
tidurku yang terakhir

Husni Djamaluddin
Makassar,malam 17 Agustus 1985



Terimakasih ya Allah

Terimakasih ya Allah
Ketika lautku pasang
Terimakasih ya Allah
Ketika lautku surut
Terimakasih ya Allah
Ketika anginku badai
Terimaksih ya Allah
Ketika anginku sepoi
Terimakasih ya Allah
Ketika apiku berkobar
Trimakasih ya Allah
Ketika apiku redup
Terimaksih ya Allah
Ketika tanahku basah
Terimakasih ya Allah
Ketika tanahku kering
Terimakasih ya Allah
Ketika deras airku mengalir
Terimaksih ya Allah
Ketika airku hanya menetes
Terima kasih ya Allah
Terima kasih
Ya Allah
Allah
Hu
Allah
Ku
Allah
Hu
Allah
Ku


Husni Djamaluddin
Jakarta,4 februari 1986




99 Untuk Tuhanku-11

Tuhanku
Berulang kali ku memanggil-Mu
Tapi tak habis
Beribu bayangan bisu
Tambah bertimbun,tambah berduyun
Karena setiap kali selalu mucul engkau
Dan engkau yang baru
Karena setiap kali selesai memanggil
Baru kutahu
Bahwa yang kupanggil bukanlah
Engkau.
Tuhanku,
Berulang kali ku memanggil-Mu
Berulang kali pula engkau datang
Memenuhi rinduku
Tapi tak juga tiba
Bunga kasihku
Karena begitu engkau muncul
Sebagai engkau yang ku panggil
Tiba-tiba
Engkau
Bukan lagi engkau
Yang kupanggil.


Emha Ainun Nadjib



 Ketika Sujud Tahajjud

Kuketuk pintu kuketuk malam
yang menjawab adalah diam

maka diam-diam
aku masuk ke dalam malam
            masuk ke pusat malam
            masuk ke pusat diam
                        ke pusat seluruh
                                    gerak­­-gerik alam
                        ke pusat seru
                                    sekalian alam
                                    subhanallah
                                    la ilaha illallah
                                                allah
                                                allah
                                                allah


Husni Djamaluddin
Makassar,5 Januari 1994
Pukul 03.00





Ya Allah

Tailimu, ulurkanlah

Sungai-sungai mengalir ke hulu
Kota-kota lenyap desa-desa tenggelam
Gunung-gunung terendam
Seluruh laut meluap dari gerutu nuh

He ... akankah kita berada di atas perahu
Atau harus bernang dengan lengan yang lelah
Sepanjang sejarah
Sepanjang bah?

Ya Allah
Talimu, ulurkanlah


Husni Djamluddin
Makssar,3 Januari 1994
Pukul 02.55



 




 

 


0 komentar:

Posting Komentar

MAU ANU SAICCO` MUA` DITARIMAI MACOWAI MAPIA TOI BARAKKA`NA LULLUARE`